Kamis, 10 Juni 2010

Terbuka Lebar Peluang Ekspor dari Budidaya Belut

Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.

c. Media Pemeliharaan

Kolam budidaya belut menggunakan media pemelihaan sebagai tempat hidup berupa limbah media jamur, tanah/lumpur sawah, pupuk kandang, cincangan batang pisang, dan larutan M-BIO.

Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses fermentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.

d. Pemilihan Benih

Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.

Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :

  • Ciri Induk Belut Jantan
  1. Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
  2. Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
  3. Bentuk kepala tumpul.
  4. Usia diatas sepuluh bulan.
  • Ciri Induk Belut Betina
  1. Berukuran panjang 20-30 cm
  2. Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
  3. Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
  4. Bentuk kepala runcing
  5. Usia dibawah sembilan bulan.

e. Perkembangan Belut

Belut berkembangbiak secara alami di alam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), di malam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U”dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.

f. Penetasan

Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.

g. Makanan dan kebiasaan makan

Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm. Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00.

h. Hama belut

Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat. Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan.

Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.

Empat Bulan Panen Belut

Membesarkan belut hingga siap panen dari bibit umur 1-3 bulan butuh waktu 7 bulan. Namun, Ruslan Roy, peternak sekaligus eksportir di Jakarta Selatan, mampu menyingkatnya menjadi 4 bulan. Kunci suksesnya antara lain terletak pada media dan pengaturan pakan.

Belut yang dipanen Ruslan rata-rata berbobot 400 g/ekor. Itu artinya sama dengan bobot belut yang dihasilkan peternak lain. Cuma waktu pemeliharaan yang dilakukan Ruslan lebih singkat 3 bulan dibanding mereka. Oleh karena itu, biaya yang dikeluarkan Ruslan pun jauh lebih rendah. Selain menekan biaya produksi, panen dalam waktu singkat itu mampu mendongkrak ketersediaan pasokan, ujar Ruslan.

Pemilik PT Dapetin di Jakarta Selatan itu hanya mengeluarkan biaya Rp8.000 untuk setiap kolam berisi 200 ekor. Padahal, biasanya para peternak lain paling tidak menggelontorkan Rp14.000 untuk pembesaran jumlah yang sama. Semua itu karena Ruslan menggunakan media campuran untuk pembesarannya.

Media campuran

Menurut Ruslan, belut akan cepat besar jika medianya cocok. Media yang digunakan ayah dari 3 anak itu terdiri dari lumpur kering, kompos, jerami padi, pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Peletakkannya diatur: bagian dasar kolam dilapisi jerami setebal 50 cm. Di atas jerami disiramkan 1 liter mikroorganisma stater. Berikutnya kompos setinggi 5 cm. Media teratas adalah lumpur kering setinggi 25 cm yang sudah dicampur pupuk TSP sebanyak 5 kg.

Karena belut tetap memerlukan air sebagai habitat hidupnya, kolam diberi air sampai ketinggian 15 cm dari media teratas. Jangan lupa tanami eceng gondok sebagai tempat bersembunyi belut. Eceng gondok harus menutupi ¾ besar kolam, ujar peraih gelar Master of Management dari Philipine University itu.

Bibit belut tidak serta-merta dimasukkan. Media dalam kolam perlu didiamkan selama 2 minggu agar terjadi fermentasi. Media yang sudah terfermentasi akan menyediakan sumber pakan alami seperti jentik nyamuk, zooplankton, cacing, dan jasad-jasad renik. Setelah itu baru bibit dimasukkan.

Pakan hidup

Berdasarkan pengalaman Ruslan, sifat kanibalisme yang dimiliki Monopterus albus itu tidak terjadi selama pembesaran. Asal, pakan tersedia dalam jumlah cukup. Saat masih anakan belut tidak akan saling mengganggu. Sifat kanibal muncul saat belut berumur 10 bulan, ujarnya. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan bibit dalam jumlah besar hingga ribuan ekor. Dalam 1 kolam berukuran 5 m x 5 m x 1 m, saya dapat memasukkan hingga 9.400 bibit, katanya.

Pakan yang diberikan harus segar dan hidup, seperti ikan cetol, ikan impun, bibit ikan mas, cacing tanah, belatung, dan bekicot. Pakan diberikan minimal sehari sekali di atas pukul 17.00. Untuk menambah nafsu makan dapat diberi temulawak Curcuma xanthorhiza. Sekitar 200 g temulawak ditumbuk lalu direbus dengan 1 liter air. Setelah dingin, air rebusan dituang ke kolam pembesaran. Pilih tempat yang biasanya belut bersembunyi, ujar Ruslan.

Pelet ikan dapat diberikan sebagai pakan selingan untuk memacu pertumbuhan. Pemberiannya ditaburkan ke seluruh area kolam. Tak sampai beberapa menit biasanya anakan belut segera menyantapnya. Pelet diberikan maksimal 3 kali seminggu. Dosisnya 5% dari bobot bibit yang ditebar. Jika bibit yang ditebar 40 kg, pelet yang diberikan sekitar 2 kg.

Hujan buatan

Selain pakan, yang perlu diperhatikan kualitas air. Bibit belut menyukai pH 5-7. Selama pembesaran, perubahan air menjadi basa sering terjadi di kolam. Air basa akan tampak merah kecokelatan. Penyebabnya antara lain tingginya kadar amonia seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme. Belut yang hidup dalam kondisi itu akan cepat mati, ujar Son Son. Untuk mengatasinya, pH air perlu rutin diukur. Jika terjadi perubahan, segera beri penetralisir.

Kehadiran hama seperti burung belibis, bebek, dan berang-berang perlu diwaspadai. Mereka biasanya spontan masuk jika kondisi kolam dibiarkan tak terawat. Kehadiran mereka sedikit-banyak turut mendongkrak naiknya pH karena kotoran yang dibuangnya. Hama bisa dihilangkan dengan membuat kondisi kolam rapi dan pengontrolan rutin sehari sekali, tutur Ruslan.

Suhu air pun perlu dijaga agar tetap pada kisaran 26-28oC. Peternak di daerah panas bersuhu 29-32oC, seperti Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi, perlu hujan buatan untuk mendapatkan suhu yang ideal. Son Son menggunakan shading net dan hujan buatan untuk bisa mendapat suhu 26oC. Bila terpenuhi pertumbuhan belut dapat maksimal, ujar alumnus Institut Teknologi Indonesia itu.

Shading net dipasang di atas kolam agar intensitas cahaya matahari yang masuk berkurang. Selanjutnya 3 saluran selang dipasang di tepi kolam untuk menciptakan hujan buatan. Perlakuan itu dapat menyeimbangkan suhu kolam sekaligus menambah ketersediaan oksigen terlarut. Ketidakseimbangan suhu menyebabkan bibit cepat mati, ucap Son Son.

Hal senada diamini Ruslan. Jika tidak bisa membuat hujan buatan, dapat diganti dengan menanam eceng gondok di seluruh permukaan kolam, ujar Ruslan. Dengan cara itu bibit belut tumbuh cepat, hanya dalam tempo 4 bulan sudah siap panen. (Hermansyah)

Mari Rebut Pasar Belut

Siang itu Juli 2006 di Batutulis, Bogor. Pancaran matahari begitu terik membuat Ruslan Roy berteduh. Ia tetap awas melihat kesibukan pekerja yang memilah belut ke dalam 100 boks styrofoam. Itu baru 3,5 ton dari permintaan Hongkong yang mencapai 60 ton/hari, ujar Ruslan Roy.

Alumnus Universitras Padjadjaran Bandung itu memang kelimpungan memenuhi permintaan belut dari eksportir. Selama ini ia hanya mengandalkan pasokan belut dari alam yang terbatas. Sampai kapan pun tidak bisa memenuhi permintaan, ujarnya. Sebab itu pula ia mulai merintis budidaya belut dengan menebar 40 kg bibit pada Juli 1989.

Roy-panggilan akrab Ruslan Roy-memperkirakan seminggu setelah peringatan Hari Kemerdekaan ke-61 RI semua Monopterus albus yang dibudidayakan di kolam seluas 25 m2 itu siap panen. Ukuran yang diminta eksportir untuk belut konsumsi sekitar 400 g/ekor. Bila waktu itu tiba, eksportir di Tangerang yang jauh-jauh hari menginden akan menampung seluruh hasil panen.

Untuk mengejar ukuran konsumsi, peternak di Jakarta Selatan itu memberi pakan alami berprotein tinggi seperti cacing tanah, potongan ikan laut, dan keong mas. Pakan itu dirajang dan diberikan sebanyak 5% dari bobot tubuh/hari.

Dengan asumsi tingkat kematian 5-10% hingga berumur 9 bulan, Roy menghitung 4-5 bulan setelah menebar bibit, ia bakal memanen 400 kg belut. Dengan harga Rp40.000/kg, total pendapatan yang diraup Rp16-juta. Setelah dikurangi biaya-biaya sekitar Rp2-juta, diperoleh laba bersih Rp14-juta.

Keuntungan itu akan semakin melambung karena pada saat yang sama Roy membuat 75 kolam di Rancamaya, Bogor, masing-masing berukuran sekitar 25 m2 berkedalaman 1 m. Pantas suami Kastini itu berani melepas pekerjaannya sebagai konsultan keuangan di Jakarta Pusat.

Perluas areal

Nun di Bandung, Ir R. M. Son Son Sundoro, lebih dahulu menikmati keuntungan hasil pembesaran belut. Itu setelah ia dan temannya sukses memasok ke beberapa negara. Sebut saja Hongkong, Taiwan, Cina, Jepang, Korea, Malaysia, dan Thailand. Menurut Son Son pasar belut mancanegara tidak terbatas. Oleh karena itu demi menjaga kontinuitas pasokan, ia dan eksportir membuat perjanjian di atas kertas bermaterai. Maksudnya agar importir mendapat jaminan pasokan.

Sejak 1998, alumnus Teknik dan Manajemen Industri di Institut Teknologi Indonesia, itu rutin menyetor 3 ton/hari ke eksportir. Itu dipenuhi dari 30 kolam berukuran 5 m x 5 m di Majalengka, Ciwidey, Rancaekek, dan 200 kolam plasma binaan di Jawa Barat. Ia mematok harga belut ke eksportir US$4-US$5, setara Rp40.000-Rp60.000/kg isi 10-15 ekor. Sementara harga di tingkat petani plasma Rp20.000/kg.

Permintaan ekspor belut

Negara Tujuan

Kebutuhan (ton/minggu)

Jepang

1.000

Hongkong

350

Cina

300

Malaysia

80

Taiwan

20

Korea

10

Singapura

5

Sumber: Drs Ruslan Roy, MM, Ir R. M. Son Son Sundoro, www.eelstheband.com, dan telah diolah dari berbagai sumber.

Terhitung mulai Juli 2006, total pasokan meningkat drastis menjadi 50 ton per hari. Itu diperoleh setelah pria 39 tahun itu membuka kerjasama dengan para peternak di dalam dan luar Pulau Jawa. Sebut saja pada awal 2006 ia membuka kolam pembesaran seluas 168 m2 di Payakumbuh, Sumatera Barat. Di tempat lain, penggemar travelling itu juga membuka 110 kolam jaring apung masing-masing seluas 21 m2 di waduk Cirata, Kabupaten Bandung. Total jenderal 1-juta bibit belut ditebar bertahap di jaring apung agar panen berlangsung kontinu setiap minggu. Dengan volume sebesar itu, ayah 3 putri itu memperkirakan keuntungan sebesar US$2.500 atau Rp 20.500.000 per hari.

Di Majalengka, Jawa Barat, Muhammad Ara Giwangkara juga menuai laba dari pembesaran belut. Sarjana filsafat dari IAIN Sunan Gunungjati, Bandung, itu akhir Desember 2005 membeli 400 kg bibit dari seorang plasma di Bandung seharga Rp11,5- juta. Bibit-bibit itu kemudian dipelihara di 10 kolam bersekat asbes berukuran 5 m x 5 m. Berselang 4 bulan, belut berukuran konsumsi, 35-40 cm, sudah bisa dipanen.

Dengan persentase kematian dari burayak hingga siap panen 4%, Ara bisa menjual sekitar 3.000 kg belut. Karena bermitra, ia mendapat harga jual Rp12.500/ kg. Setelah dikurangi ongkos perawatan dan operasional sebesar Rp9- juta dan pembelian bibit baru sebesar Rp11,5- juta, tabungan Ara bertambah Rp17-juta. Bagi Ara hasil itu sungguh luar biasa, sebab dengan pendapatan Rp3- juta- Rp4-juta per bulan, ia sudah bisa melebihi gaji pegawai negeri golongan IV.

Bibit meroket

Gurihnya bisnis belut tidak hanya dirasakan peternak pembesar. Peternak pendeder yang memproduksi bibit berumur 3 bulan turut terciprat rezeki. Justru di situlah terbuka peluang mendapatkan laba relatif singkat. Apalagi kini harga bibit semakin meroket. Kalau dulu Rp10.000/kg, sekarang rata-rata Rp27.500/kg, tergantung kualitas, ujar Hj Komalasari, penyedia bibit di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menjual minimal 400-500 kg bibit/bulan sejak awal 1985 hingga sekarang.

Pendeder pun tak perlu takut mencari pasar. Mereka bisa memilih cara bermitra atau nonmitra. Keuntungan pendeder bermitra: memiliki jaminan pasar yang pasti dari penampung. Yang nonmitra, selain bebas menjual eceran, pun bisa menyetor ke penampung dengan harga jual lebih rendah 20-30% daripada bermitra. Toh, semua tetap menuai untung.

Sukses Son Son, Ruslan, Ara, dan Komalasari memproduksi dan memasarkan belut sekarang ini bak bumi dan langit dibandingkan 8 tahun lalu. Siapa yang berani menjamin kalau belut booming gampang menjualnya? ujar Eka Budianta, pengamat agribisnis di Jakarta.

Menurut Eka, memang belut segar kini semakin dicari, bahkan harganya semakin melambung jika sudah masuk ke restoran. Untuk harga satu porsi unagi-hidangan belut segar-di restoran jepang yang cukup bergengsi di Jakarta Selatan mencapai Rp250.000. Apalagi bila dibeli di Tokyo, Osaka, maupun di restoran jepang di kota-kota besar dunia.

Dengan demikian boleh jadi banyak yang mengendus peluang bisnis belut yang kini pasarnya menganga lebar. Maklum pasokan belut-bibit maupun ukuran konsumsi-sangat minim, sedangkan permintaannya membludak

sumber : trubusonline

cara membuat media belut

Membuat media belut tidaklah sulit misalkan kita membuat kolam dengan tipe (80% tanah, 10% gedebog pisang, 10% jerami)
Kita anggap saja kita mulai membuat kolam pada tanggal 1.
Tanggal 1 :
• Masukan tanah sawah / tanah kolam setebal 80% x tinggi kolam
• Masukan gedebog pisang 10%
• Masukan jerami busuk 10%
• Masukan air yang penuh
• Masukan eceng gundok yang penuh
Tanggal 3 :
Kuras air, media gedebok pisang dan jerami pasti susut, boleh ditambah boleh tidak akan tetapi sebaiknya tidak. Lalu air dimasukan lagi. Air dikuras untuk menghilangkan lendir gedebok pisang dan jerami
Tanggal 6
Kuras air, media gedebok pisang dan jerami pasti susut, boleh ditambah boleh tidak akan tetapi sebaiknya tidak. Lalu air dimasukan lagi. Air dikuras untuk menghilangkan lendir gedebok pisang dan jerami
Tanggal 9
Kuras air, media gedebok pisang dan jerami pasti susut, boleh ditambah boleh tidak akan tetapi sebaiknya tidak. Lalu air dimasukan lagi. Air dikuras untuk menghilangkan lendir gedebok pisang dan jerami
Dan bibit masukan bibit yang diperlukan

Pembuatan kolamnya

Kolam yang kami buat berukuran panjang 5 meter dengan ketinggian 1 meter, sedangkan lebar dari kolam tersebut 80 cm. Kolam dibuat dengan menggunakan terpal seperti yang terdapat pada gambar, kami membeli ukuran lebar 4 meter dn panjan9 8 meter dengan harga jual 8000 per meter, Untuk pembuatan seperti gambar tersebut dibutuhkan bambu sebanyak 3 buah dan balok kayu sebagai tiang penyanggah, jika menggunakan bambu sebagai balok penyanggah kekuatanya kurang dapat dihandalkan. kami diuntungkan dengan sisi yang menghadap ketembok sehingga beban menjadi sedikit berkurang, bayankan saja jika tidak ada tembok maka kebutuhan akan bambu pasti akan bertambah sekitar 2 batang lagi. Pembuatan dilakukan pada mingu pertama Januari, ini merupakan proyek pertama kami dalam upaya menciptakan lapangan kerja bagi diri kami sendiri mengingat adanya krisis Global sehingga kontinuitas kami dalam bekerja sehari-hari pun menjadi berkuarang.
http://4.bp.blogspot.com/_yCItDduRT-g/SYg8eM7FeqI/AAAAAAAAABU/B7KRq37HbjI/s320/Snapshot087.jpgPada pekan selanjutnya kami menyiapkan jerami sebagai bahan atau media untuk kolam tersebut, kebetulan didekat daerah kami masih banyak lahan sawah ya walaupun tidak cukup banyak seperti dipedesaan, Kami menyiapkan 8 karung ukuran besar jerami dan kami cacah supaya menjadi lebih kecil sehingga belut tidak terjebak di antara jerami yg akan menyebabkan kematian. Jerami yg telah dicacah tersebut lalu didiamkan selama satu minggu dengan maksud untuk dijemur supaya kering akan tetapi karena kondisi cuaca kurang bersahabat sehingga menyulitkan kami dalam proses pengeringan tersebut. Pada pekan selanjutnya kami menyiapkan gedebog pisang yang dicacah juga seperti jerami jumlahnya tidak sebanyak jerami, sekitar satu karung ukuran besar saja.
Pada tahap selanjutnya kami memulai mencampur media-media yang telah kami siapkan, pada bagian pertama kami letakkan jerami pada bagian kedua gedebog pisang selanjutnya pupuk kandang sejumlah 1 karung. Setelah semua rata lalu kami menyiapkan Mikroorganisme Stater yg dapat kami beli di Toko Pertanian dengan harga 20.000 seliter, Mikroorganisme stater sebanyak 0.3 liter dicampur dengan seember besar air mungkin sekitar 20 liter, campuran tersebut lalu dituangkan secara merata keatas media dan kemudian didiamkan.
Pada tahap selanjutnya kami menyiapkan lumpur dari tanah persawahan untuk diletakkan diatas media yg disebutkan diatas. Lumpur diisikan kedalam kolam sampai mencapai ketinggian kurang lebih 70 cm dari total keselurahan kolam tersebut, selanjutnya diisikan air setinggi 10 cm dan diletakkan ecenggondog.
Semua itu kami sipakan dalam waktu satu bulan ditengah-tengah kesibukan kami dalam bekerja. pada pekan selanjutnya pada tanggal 8 Februari 2009 kami akan melakukan studi banding ke daerah kuningan Jawa barat untuk mendapatkan bibit sekaligus tata cara pembesaran belut tersebut sehingga dapt menambah ilmu dari peternak yg telah lebih dahulu eksis untuk mengurangi resiko kematian dan kegagalan dalam beternak belut tersebut.
Salam Merdeka.........

panennya

Panen belut plus pelatihan
Hari Minggu tepatnya pada tanggal 8 Februari 2008 ada acara panen belut di Kuningan yg alamat tepatnya Desa Sangkanerang Rt 09/03 Kecamatan Jagalaksana - Kuningan. Kolam yg digunakan adalah jenis kolam permanen, bibit di tebar pada 13 September 2008 sedangkan usia belut pada saat tebar 4-5 bulan yg betujuan untuk mengetahui proses kanibalisme.
Media percobaan digunakan 50% lumpur dan 50 % Gedebog pisang. Ukuran kolam 3m x 5 m, bibit yg ditebar sebanyak 20Kg, makanan 20Kg cacing, 10 Kg yuyu, 60kg anak kodok.
Pada saat penebaran bibit langsuung di berikan pakan cacing tiger dengan 1 : 5, pakan tersebut diberikan untuk kebutuhan selama 1 minggu. setelah itu diberikan pakan yg lain.
Kondisi Air usahakan air mengalir setiap saat, karena ini berfungsi untuk mengeluarkan kotoran/tinja belut, kalau air tidak dibuang maka air akan keruh dan kesehatan belut akan terganggu sehingga akhirnya mati.
Kalau terpaksa suplai air kurang, usahakan 3 hari sekali air diganti, kata pakar air, air yg keluar akan membawa kotoran belut asal letaknya tidak berdampingan dengan air masuk.
Pakan belut. Hilangkan asumis bahwa belut itu makan tanah, jerami dan gedebog pisang. Belut itu sifatnya pemburu dan lebih menyukai makanan yg hidup.
macam - macam pakan belut
* Yuyu
* Cacing
* Keong
* Ikan-ikan kecil
* anak kodok
* Belatung
* Bangkai
* Belalang
http://1.bp.blogspot.com/_yCItDduRT-g/SZDDarsMATI/AAAAAAAAABs/XZIstqfpHrQ/s320/3.jpgTanaman air adalah sesuatu yg wajib, Ahmad Sarkan menggunaka eceng Gondok, disamping cepat berkembang eceng gondok jugadapat menetralisir racun dalam air, Eceng gondog dapat diganti dengan tanaman air seperti kangkung, genjer dll. tapi kalau bisa gunakan eceng gondok, yg jelas tanaman ini untuk melindungi belut dari gangguan dan ada sirkulasi udara.

Pemberian pakan

Cara memberi makan belut dari bulan ke bulan bertambah terus yaitu :
• Bulan 1 ; missal menanam 100 kg maka harus memberikan pakan 5% dari bobot tanam, yaitu 5 Kg Setiap hari selama bulan ke 1
• Bulan 2 ; missal menanam 100 kg maka harus memberikan pakan 10% dari bobot tanam, yaitu 10 Kg Setiap hari selama bulan ke 2
• Bulan 3 ; missal menanam 100 kg maka harus memberikan pakan 15% dari bobot tanam, yaitu 15 Kg Setiap hari selama bulan ke 3
• Bulan 4 ; missal menanam 100 kg maka harus memberikan pakan 20% dari bobot tanam, yaitu 20 Kg Setiap hari selama bulan ke 4
• Selanjutnya (2minggu) belalang, belatung, cacing, anak kodok

Pemeliharaan

Pelaksanaan pembesaran dapat dimulai setelah kolam dan media pemeliharaan siap. Langkah berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat masimal. Bibit belut ini harus dipilih yang sempurna atau normal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang berkualitas ini akan menghasilkan hasil yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik pula.

Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.
2. Gerakan lincah dan agresif.
3. Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemas manakala dipegang.
4. Tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
5. Umur antara 2-4 bulan.

Belut ini mudah berkembangbiak dialam terbuka dan tidak sulit dibudidayakan dikolam yang menyerupai habitatnya serta memberikan penghasilan yang cukup menjanjikan. Pemasaran belut budidaya ini akan dijamin oleh MITRA BELUT.

Secara alami belut memakan binatang lain yang lemah, karena itu mereka harus membuat lubang perangkap yang menyerupai terowongan yang berkelok agar mangsanya tidak mudah lepas. Belut ini dapat dipanen setelah tiga bulan penaburan untuk pasar lokal, namun pasar ekspor minimal enam bulan. Kolam setelah panen diperbaiki dan diganti media pemeliharaannya agar zat renik yang diperlukan pemeliharaan berikutnya dapat tersedia cukup.(http://mitrabelut.darulrizki.com/ternak.php)

3 komentar:

  1. Kami hanya ingin memberi informasi.
    Kami bergerak dibidang budidaya belut di daerah lampung.
    Jika anda berminat ingin MEMBELI BELUT ataupun anda ingin MEMASOK BELUT ke kami, kami siap menerimanya. Berapapun jumlahnya.

    kami selalu mengadakan PELATIHAN BUDIDAYA BELUT DAN CACING SETIAP BULANNYA

    Untuk info lebih lanjut hubungi kami di :
    ====================================
    CV. SUMBER REZEKI

    Jl. Garuda No.36 RT/RW.29/07 Rejomulyo
    Metro Selatan - Kota Metro
    Lampung 34123
    (Belakang Polsek Metro Selatan)
    Telp : 0725 646 8078
    HP : 0858 4088 0024 | 0823 7787 8080 | 0878 9898 8145
    Pin BB : 292C7C04
    Email : belutlampung@gmail.com
    Website : www.belutlampung.com

    Kami tunggu kedatangan dan telpon dari anda.
    Terima Kasih
    ====================================

    BalasHapus
  2. Terimakasih atas informasinya akan saya coba Obat Herbal Nyeri Lutut

    BalasHapus